Jakarta, Hortiindonesia.com
Produk-produk segar hortikultura untuk masuk ke pasar biasanya digrading berdasarkan mutunya. Misalnya untuk bawang merah ada yang masuk kategori A yaitu paling tinggi dan kategori B. Dibawahnya ada kategori rendah dan off grade.
“Off grade ini sering dibuang karena tidak ada yang beli. Karena itu supaya tidak terbuang maka perlu jadi produk olahan. Kalau sudah jadi produk olahan tidak ada kategori-kategori lagi. Ini pengalaman saya ketika mendampingi PT Sinergi Brebes Inovatif membuat pasta bawang merah yang didirikan oleh 42 petani bawang merah anggota Gapoktan,” kata Arfian muslim dari Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB University.
Produk olahan ini keunggulanya adalah tahan lama, bisa 1 tahun dalam lemari berpendingin. Dengan demikian posisi tawarnya juga lebih tinggi.
Dengan pengolahan maka ada nilai tambahnya. Tetapi basis utama ketika membuat produk adalah pasar. Harus ada pasarnya dulu baru kita membuat.” Ketika membuat pasta bawang merah untuk pasar ini kita harus habis-habisan mendampingi sampai bisa terbentuk. Kita sampai masuk ke tukang nasi goreng dan restoran di Brebes untuk sampai tahu berapa kebutuhan pasarnya,” katanya.
Sebenarnya bisnis yang bagus bila pemiliknya ada kumpulan petani badan hukumnya koperasi. Sayangnya citra koperasi jelek di mata masyarakat sehingga 42 orang anggota Gapoktan memilih badan hukum PT. Kalau berbentuk PT maka bila pemegang saham (pemilik) lebih dari 300 orang harus jadi perusahaan terbuka dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan masuk bursa saham.
Beda dengan koperasi berapapun anggotanya tidak perlu menjadi perusahaan terbuka. Saat ini lewat UU Cipta Kerja pendirian koperasi cukup oleh 9 orang saja, bukan 20 seperti UU sebelumnya. Tetapi Arfian merekomendasikan jumlah anggota koperasi sebanyak-banyaknya.
“Koperasi produksi harusnya lebih banyak berdiri. Di dunia koperasi-koperasi besar adalah koperasi produksi yang anggotanya adalah petani. Beda dengan di Indonesia koperasi yang besar dan banyak berdiri dimana-mana adalah koperasi simpan pinjam ,” katanya.
Setiap orang yang berbisnis mendirikan badan usaha harus membuat proyeksi kedepan seperti apa /prospektus. Ini mementukan investor untuk pay back period untuk usaha hortikultura harus dibawah 5 tahun sedang Return on Investment diatas bunga deposito.
Untuk pasar harus jelas apakah B to B yaitu penjualan ke distributor, swalayan, grosir dan toko. Untuk olahan lebih bagus ke segmen ini seperti pasta bawang merah untuk industri bumbu dapur siap gunakan. Industri puree buah juga bisa mengisi industri juice buah.
Bisa juga langsung ke konsumen. Ini jauh lebih berat sehingga untuk pasta bawang merah PT Sinergi Brebes Inovatif pendampingan yang dilakukan tim Arifin luar biasa.
Lembaga ekonomi bisnis Unpad menunjukkan untuk masuk ke pasar konsumen saat ini trendnya adalah belanja on line yang bergeser dari wants ke needs dengan volume pembelian semakin besar. Layanan delivery telah bergesar dari kesenangan ke utilitas dengan intensitas pemesanan dari sekali-kali menjadi sering. Tren lainnya adalah home cooking, pembelian berlangganan, do it yourself, zoomable work place.
Dengan kondisi ini maka kenali konsumen/pasar di era new normla, utilisasi kapasitas melalui diferensiasi produk/jasa, komunikasikan kekhasan, keunggulan, keunikan ; digitalisasi proses bisnis dengan menggunakan platform digital.
“Karena itu anak muda harus terlibat. Ketika mendampingi pasta bawang merah meskipun pemiliknya adalah 42 orang tua saya minta direkturnya harus anak muda yaitu anak ketua Gapoktan. Pendampingnya juga anak muda sehingga bahasanya nyambung. Mereka lebih cepat dalam kembangkan ide,” katanya.