Jakarta, Hortiindonesia.com
Kasubdit Optimasi dan Rehabilitasi Lahan, Ditjen PSP, Kementerian Pertanian, Foyya Yusufu Aquino mengatakan target food estate Kalteng adalah 164.928 ha, tahun 2020 sudah dilakukan pada lahan sawah eksisting 30.000 ha sedang tahun 2021 pada daerah irigasi yang mengalami perbaikan 55.456 ha dan pada daerah peningkatan jaringan irigasi seluas 73.500 ha. Komoditas utama adalah padi, pendukung adalah hortikultura (sayuran/buah-buahan), peternakan (itik) dan perkebunan. Hal ini dinyatakan dalam diskusi webinar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bertemakan “Food Estate Dukung Ketahanan Pangan” di Jakarta, Kamis (18 Maret 2021). Diskusi ini terlaksana berkat dukungan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dan Croplife Indonesia.
Pendekatan klaster seluas 2000-5000 ha dengan on farm padi, jagung, sapi/itik, kelapa dan jeruk. Klaster ini memberi bahan baku pada kawasan seluas 10.000 ha. Ada 3 kawasan yaitu Pulang Pisau tiga klaster, Kapuas 1 tiga klaster, Kapuas 2 dua klaster.
sebagai contoh penerapan teknologi di lahan food estate, pemerintah membuat center of excellence di Kabupaten Kapuas 1.000 ha dan Kabupaten Pulang Pisau 1.000 ha. Dari aspek hortikultura pengembangan kawasan buah (jeruk, durian, lengkeng) dan pengembangan sayuran (cabai, kangkung, sawi hijau).
Jenis kegiatan adalah penyediaan benih buah dan benih sayuran; pengolahan lahan (pembuatan guludan/tukungan/baluran/bedengan atau lubang tanam). Pengadaan sarana produksi untuk buah yaitu pupuk NPK, Dolomit, SP-36, pupuk organik, likat kuning, insektisida dan fungisida. Sedang untuk sayuran yaitu pupuk NPK, pupuk organik cair, dolomit, likat kuning, keranjang panen, fungisida, tanaman border (benih jagung manis) dan mulsa.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, mengatakan bahwa food estate mendukung ketahanan pangan nasional. Adapun Kementan mendorong intensifikasi lahan pada lokasi food estate dengan meningkatkan kemampuan lahan pertanian di lahan rawa melalui pemberian sarana produksi pertanian.
“Lahan rawa itu luasnya 34 juta hektare. Berdasarkan hasil penelitian sekitar 17 juta hektare yang bisa digunakan sebagai lahan pertanian produktif. Upaya ini dilakukan secara bertahap untuk optimalisasi lahan rawa supaya produksi kita meningkat,” katanya. Pelaksanaan food estate ini didukung Kementan melalui pendekatan teknologi, sosialisasi kepada petani untuk menggunakan padi unggul bermutu bersertifikat. “Program food estate ini ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan dan lahan rawa merupakan masa depan bangsa Indonesia,“ ujarnya.
Midzon Johannis, Senior Advisor Croplife Indonesia mengatakan pihaknya sangat mendukung program pembangunan food estate yang digaungkan pemerintah. Dengan populasi manusia dunia tahun 1950 sebanyak 2,5 miliar terus naik menjadi 7 miliar pada 2011 dan tahun 2050 dipekirakan mencapai 9 miliar. Imbasnya, konsumsi pangan diperkirakan meningkat 23 persen, sementara luas lahan pertanian hanya tumbuh 9 persen.
Dukungan Croplife Indonesia bagi pertanian Indonesia yakni dengan mendorong pengembangan teknologi baru untuk perlindungan tanaman, biologi, bioteknologi, digital dan smart agriculture sesuai dengan kondisi Indonesia.
Croplife Indonesia juga mendukung penyediaan teknologi dan menjamin ketersediaan sarana pertanian seperti produk perlindungan tanaman dan benih, pendamping kepada petani melalui learning centers, ekspo pertanian, pelatihan agronomi dan stewardship.
“Penyediaan teknologi dan menjamin ketersediaan sarana pertanian seperti produk perlindungan tanaman dan benih,” ujar Midzon.
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi-FEM Institut Pertanian Bogor (IPB) Sahara mengatakan, pada konsep pengembangan food estate mekanisasi dan modernisasi pertanian/digitalisasi merupakan salah satu simpul penting yang harus diperkuat baik di on farm dan off farm. Salah satu bisnis yang bisa dikembangkan dan menguntungkan petani adalah cabai rawit.