Bogor, Hortiindonesia.com
Nilai impor hortikultura tahun 2019 sayur tercatat Rp13,9 triliun, buah Rp21,31 triliun, tanaman hias Rp350 miliar dan tanaman obat Rp320 miliar. Impor sayur terdiri dari bawang putih Rp7,7 triliun, kentang Rp1,75 triliun, bawang bombay Rp1,17 triliun dan cabai Rp1 triliun. Sedang buah anggur Rp5,4 triliun, apel Rp4,8 triliun, jeruk Rp3,6 triliun, pear Rp3,3 triliun. Prof Sobir dari Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB menyatakan hal ini.
Tahun 2012 impor sayur Rp9,74 triliun sedang buah Rp12,34 triliun. 2012 ke 2019 laju pertumbuhan penduduk hanya 7% sedang laju nilai impor hortikultura 42% berarti penyebabnya bukan penambahan penduduk.
Nilai impor hortikultura naik karena pendapatan perkapita semakin meningkat , semakin banyak orang punya uang maka konsumsi sayur dan buah semakin meningkat. Peningkatan pendidikan dan kesadaran kesehatan seperti di masa pandemi covid-19 sekarang konsumsi sayur dan buah juga meningkat. Globalisasi perdagangan membuat semua mengkonsumsi sesuai standar global.
China dengan jumlah penduduk 1,2 miliar luas lahan sayuran mencapai 18,209 juta ha atau satu orang didukung 131 m2 kebun sayur. Indonesia penduduk 250 juta perorang didukung 41 m2 kebun sayur. Luas lahan buah di China 11,53 juta ha satu orang didukung 82,9 m2 sedang Indonesia 800.000 ha satu orang didukung 32 m2..
“Kalau mau mencapai standar China maka harus ada penambahan luas lahan hortikultura 3 kali lipat,” kata Sobir.
Khusus bawang merah dan bawang putih terjadi kenaikan trend konsumsi , terutama bawang putih. “Waktu saya kecil bawang putih hanya digunakan untuk memasak daging saja sekarang semua jenis masakan menggunakan bawang putih,” katanya.
Tahun 2018 produksi bawang merah 1.503.436 ton sedang bawang putih 39.300 ton. Indonesia pernah swasembada bawang putih tahun 1995-1997 dengan luas tanam 21.128 ha dan produksi 152.421 ton. Tahun 2019 produksi bawang putih naik jadi 88.437 ton sehingga impor berkurang dari 582.995 ton menjadi 472.922 ton.
“Jadi cara mengurangi impor bukanlah dengan melarang impor tetapi menaikkan produksi. Impor bawang merah tahun 2012 masih tinggi tetapi sekarang sudah tidak tercatat, Jadi bawang merah tantangannya adalah fluktuasi harga sedang bawang putih masih tingginya ketergantungan pada impor,” katanya.
Bawang putih impor ada dua type yaitu Allium sativum type sativum bersifat sof neck di pasar disebut Honan, daya simpan lebih baik karena lebih tebal dan panjang. Hanya penanamannya memerlukan 14 jam penyinaran matahari.
Type kedua adalah sub ophioscordon yang dikenal di pasar dengan nama kating, hard neck dan adaptif pada panjang cahaya normal. Sedang bawang putih lokal siung tidak terpisah hard neck sehingga pengembangannya perlu dipertimbangkan ke depan.
Ibu-ibu rumah tangga lebih senang bawang putih impor karena siungnya mudah dilepas. Sedang pengusaha restoran dan katering lebih suka bawang putih lokal karena aromanya 3 kali lebih kuat sehingga penggunaannya lebih sedikit.