Jakarta, hortiindonesia.com – Krisis pangan global sudah di depan mata, terutama di tengah perubahan iklim yang berdampak langsung pada produktivitas tanaman pangan utama seperti padi, jagung, dan kedelai.
Di saat sumber karbohidrat konvensional semakin rentan terhadap cuaca ekstrem, tanaman sukun (Artocarpus altilis) muncul sebagai alternatif yang tangguh dan berpotensi untuk menopang ketahanan pangan dunia. Hal tersebut diucapkan oleh Arie Malang Yudo selaku Ketua Yayasan Sukun Nusantara Sejahtera, saat berbincang-bincang dengan redaksi Horti Indonesia (14/10/2024).
Penelitian menunjukkan bahwa tanaman sukun, yang banyak tersebar di Indonesia, relatif tahan terhadap perubahan suhu dan cuaca. Ini menjadikan pohon sukun sebagai pilihan yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan tanaman pangan lain yang bergantung pada kondisi iklim tertentu.
Universitas Northwestern di Illinois, Amerika Serikat, menemukan bahwa sukun mampu menghadapi perubahan iklim dengan lebih baik dibandingkan tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung, yang hasilnya cenderung menurun di bawah suhu yang lebih panas.
Di Indonesia, sukun telah lama dikenal dan di budidayakan di banyak wilayah, mulai dari Aceh hingga Papua. Pohon sukun mudah di budidayakan di berbagai tipe tanah dan tumbuh subur di iklim tropis seperti Indonesia. Budidaya sukun berpotensi menjadi sumber pendapatan utama bagi para petani.
Pohon sukun juga bisa di budidayakan di lahan kritis, berbeda dengan budidaya pohon kelapa sawit yang membutuhkan penanganan intensif. Selain budidaya yang mudah, pohon sukun ini juga dapat berbuah sepanjang tahun. Ini menunjukkan bahwa sukun dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan petani serta perekonomian lokal.
Keunggulan lain dari sukun adalah kemampuannya untuk diolah menjadi berbagai produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi. Salah satunya adalah tepung sukun, yang bisa digunakan sebagai pengganti tepung terigu atau bahkan beras. Kandungan karbohidrat dalam 100 gram tepung sukun sebanding dengan 100 gram beras, dengan tambahan manfaat serat, vitamin C, serta zat-zat penting lainnya seperti fenolik, flavonoid, dan tanin yang berperan sebagai antioksidan. (Diagram Nutrisi Tepung Sukun)
Selain itu, sukun memiliki indeks glikemik yang lebih baik dibandingkan dengan beras, gandum, dan kentang, yang menjadikannya pilihan yang lebih sehat bagi penderita diabetes atau mereka yang ingin menjaga kadar gula darah.
Perubahan iklim yang semakin nyata dan dampaknya pada produktivitas pangan dunia menunjukkan betapa pentingnya diversifikasi pangan. Sukun, sebagai tanaman yang kaya gizi, tangguh, dan ramah lingkungan, diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban bagi ancaman krisis pangan global yang semakin mendekat.
Dengan pengembangan yang lebih intensif dan perhatian terhadap budidaya serta pengolahan produk sukun, Indonesia berpotensi menjadi negara yang lebih mandiri dalam hal ketahanan pangan.