Lembang, Hortiindonesia.com
Permasalahan cabai secara nasional menurut Bagus Kukuh Udiarto dan Wiwin Seiawati dari Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan, Badan Riset dan Inovasi Nasional adalah tingkat produktivitas nasional dalam 5 tahun terakhir sekitar 8 ton/ha, sedang biaya produksi Rp150 juta/ha, sehingga harga jual pada petani harus >Rp18.750/kg.
Tingkat produksi cabai nasional perbulannya sangat fluktuatif selama setahun. Produksi sangat rendah pada bulan-bulan hujan, sedang permintaan tetap, bahkan pada bulan keagamaan cenderung meningkat, sehingga harga melonjak tinggi dan jadi penyebab inflasi. Pada bulan-bulan kering terjadi sebaliknya, produksi tinggi tetapi permintaan tetap sehingga harga anjlok.
Penggunaan pestisida pada cabai juga berlebih sehingga terjadi pencemaran lingkungan dan berdampak pada semakin menurunnya keanekaragaman organisme, terbunuhnya organisme berguna (musuh alami, dekomposer dan lain-lain) sehingga pengendalian alami tidak berjalan dan kesuburan tanah menurun. Juga berdampak negatif terhadap manusia.
Karena itu BRIN melakukan inovasi dengan teknologi proliga cabai dengan target peningkatan produktivitas >20 ton/ha, efisiensi input produksi >20%, mengurangi kerusakan/kehilangan hasil karena serangan hama penyakit <10%, mengurangi penggunaan pestisida kimia sintesis untuk mewijudkan keamanan pangan dan ramah lingkungan.
Keberhasilan penerapan teknologi proliga cabai di beberapa lokasi yaitu Garut dengan produktivitas 21,5 ton/ha, Lembang 22,25 ton/ha, Sukabumi 19,75 ton/ha, Malang 28,5 ton/ha, Gurgur 20,5 ton/ha, Batam 22,25 ton/ha, Lombok 19,5 ton/ha.
Strateginya adalah penggunaan varietas unggul dipilih yang adaptif dan disukai konsumen; persemaian sehat dengan isolasi dan perlakuan di persemaian; kepadatan populasi 30.000 tanaman jarak tanam 50 cm x 70 cm (dua satu zigzag); pengelolaan hara dan air dengan pengecekah pH tanah, pemberian asam humit, pupuk kandang ayam (20 ton/ha), pupuk berimbang; kehilangan hasil karena OPT < 10% dengan prinsip PHT yaitu penanaman 4 baris tanaman jagung sebagai bariers vektor virus kuning.
Dalam pemilihan varietas cabai beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain sesuai dengan permintaan pasar (rasa, warna, penampakan, ukuran) dan potensi hasil tinggi; tahan terhadap serangan OPT; adaptif (cocok) ditanam pada ekosistem setempat.
Varietas yang memenuhi kriteria diatas adalah untuk cabai keriting Kencana dengan produktivitas 12,1-22,9 ton/ha; toleran genangan dan toleran antraknos. Sedang untuk cabai rawit merah adalah Prima Agrihorti dengan produktivitas 8,5-10 ton/ha, toleran antraknos. Varietas harus tahan terhadap virus kuning dan bakteri layu.
Masalah persemaian adalah penyakit terbawa benih yaitu penyakit layu (bakteri/jamur) dan penyakit virus; penularan virus melalui vektor; jika serangan penyakit sejak di persemaian maka kehilangan hasil bisa 100%; vigor kurang kekar sehingga mengakibatkan kematian saat transplanting.
Pengelolaan di persemaian adalah dengan menggunakan benih berserifikat; perlakukan benih; sterilisasi media semai; isolasi di persemaian dengan menggunakan sungkup; pincing (pemangkasan pucuk); imunisasi (induser daun bunga pagoda).
Benih bersertifikat adalah benih bermutu/berlabel meliputi pemeriksaan terhadap kebenaran jenis varietas, kemurnian benih (tidak tercampur), relatif bebas penyakit tular benih. Pengujian laboratorium (mutu benih) meliputi daya kecambah >95%, mutu genetik terjamin, mutu fisiologis dan fisik terjamin.