BREBES - Di tengah Pandemi Covid-19 Petani bawang merah asal Brebes, Jawa Tengah melakukan sejumlah inovasi, agar bisnis bawang yang notabene urat nadi kehidupan mereka, bisa tetap bertahan. Hal tersebut senada dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa saat ini kita harus melakukan inovasi-inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian yang dihasilkan dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas disamping terus menggenjot peningkatan produksinya serta mekakukan upaya peningkatan ekspor komoditas pertanian (GraTiEks).
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan inovasi melalui produk olahan pasta bawang merah. Dan siapa sangka, peminat pasta bawang merah Brebes ini sampai ke negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi.
“Rata-rata 10-15 ton setiap bulannya dikirim (ke Arab Saudi),” ujar salah seorang pelaku usaha pasta bawang merah, Dien ketika dihubungi, Sabtu (16/5).
Dia mengatakan ekspor pasta merah ini pertama kali resmi dilaunching pada Desember 2019. Selanjutnya berturut-turut hingga Maret 2020, total yang dikirim sudah mencapai 14 ton.
“Cuma memang karena kendala Covid-19 ini, permintaan terhenti sementara. Terakhir kami ekspor awal April lalu," lanjut Dien menambahkan.
Pasta bawang merah biasanya digunakan sebagai salah satu bumbu makanan. Pasta hasil olahan dan inovasi para petani di Brebes ini bisa bertahan hingga 6 bulan dalam suhu ruang. Sementara jika disimpan dalam ruangan berpendingin bisa sampai setahun.
Berdasar data Kementerian Pertanain, produksi bawang merah Brebes mencapai 290.813 ton per tahun, dengan luas tanam sekitar 24.783 hektar. Tingginya produktifitas bawang merah Brebes menjadikan Brebes sebagai penyangga kebutuhan nasional, yakni sebesar 30 persen untuk nasional dan 60 persen untuk Jawa Tengah.
Saat ini harga bawang merah segar relatif masih menarik. Harga di tingkat petani terendah mencapai Rp 21 ribu. Sementara yang teringgi dilego Rp 45 ribu. Adapun harga seperti di Pasar Induk Kramat Jati terpantau berada di kisaran Rp 38 ribu, sedangkan harga eceran tertinggi mencapai Rp 53 ribu.
Kendati ekspor sementara berhenti saat ini, Dien dari Badan Usaha Milik Petani (BUMP) PT. Sinergi Brebes Inovatif memastikan usaha olahan pasta bawang merah tetap berlangsung. Pasalnya permintaan dalam negeri terhadap pasta bawang merah cukup tinggi, yakni 2-3 ton perbulan.
"Kalau dalam negeri, Alhamdulillah masih berjalan terus. Permintaan tetap ada baik lewat online, pasar tradisional juga pasar ritel. Dibandingkan dengan permintaan ekspor, permintaan dalam negeri untuk pasta bawang ini relatif lebih rendah, tapi lumayan," katanya.
Karena itu, pihaknya tengah mengupayakan agar masyarakat bisa lebih mengenal pasta bawang merah dengan lebih baik. Sebab, selain lebih ekonomis pasta bawang merah juga bisa disimpan lebih lama sebagai bumbu dapur.
“Kami berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membantu promosi usaha pengolahan bawang merah sehingga masyarakat bisa lebih mengenal dan lebih tertarik ke produk olahan pasta ini,” ungkap dia.
“Misalnya difasilitasi untuk bisa berproduksi di skala industri dan juga dengan chef (juru masak)," tambahnya.
Terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Ir. Yasid Taufik, MM, menyampaikan bahwa sesuai amanat Undang-undang tentang Hortikultura (UU no 13 tahun 2010) , Kementerian Pertanian akan fokus membina pelaku UMKM. Baik dari budidaya sampai penanganan hasil olahan.
“Bentuk dorongan yang diberikan adalah fasilitasi sektor hilirisasi melalui pengolahan hasil panen sampai ke pemasaran. Tujuannya, untuk meningkatkan capacity building individu sehingga memiliki kapabilitas dalam persaingan usaha, dan produknya berdaya saing tinggi,” beber dia.
Menurut Yasid, hal ini sangat penting mengingat para pelaku UMKM di Indonesia cukup besar jumlahnya dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Apalagi seperti Brebes merupakan daerah sentra bawang merah maka perlu didukung adanya pengembangan inovasi lain seperti pasta bawang ini,” pungkasnya.