Solok, Hortiindonesia.com
Alpukat merupakan buah yang berasal dari Amerika Selatan dan dikenal ada tiga type yaitu Mexican, Guatemalan dan West Indian. Saat ini populer di dunia karena manfaatnya bagi kesehatan. Farihul Insan, Peneliti Balai Penelitian Buah Tropika, Puslitbang Hortikultura, menyatakan hal ini.
Dengani kandungan PUFA, MUFA, beta silosterol dan niasin didalamnya alpukat merupakan buah untuk diet penderita diabetes, meningkatkan sensitivitas insulin, mencegah hipertensi dan serangan jantung. Kandungan asam folat, selenium, asam amino dan vitamen A,E, C akan memperbaiki fungsi sel, mengurangi peradangan anti kanker dan mencegah birth defect pada wanita hamil. Sedang kandungan seratnya melancarkan percernaan dan menurunkan berat badan.
“Semua manfaat ini akan dirasakan jika cara makannya benar. Selama ini banyak orang Indonesia memakan alpukat dengan cara yang salah yaitu dijadikan juice dengan campuran susu kental manis dan gula yang banyak. Seharusnya dimakan langsung atau bisa dimakan dengan telur matang dan kacang-kacangan, alpukat sebagai pengganti nasi,” katanya.
Tahun 2019 produsen utama alpukat dunia adalah Meksiko dengan produksi 2.300.890 ton, kemudian Republik Dominika 661.630 ton, Peru 535.910 ton, Kolombia 535.020 ton, Indonesia 461.610 ton, Kenya 364.940 ton, Brasil 242.930 ton, Haiti 231.720 ton, Chili 162.990 ton, Israel 138.720 ton. Indonesia mengekspor alpukat 231 ton atau 0,05% dari total produksinya.
Saat ini ada 25 varietas alpukat unggul yang sudah dilepas yaitu tahun 1987 Alpukat Ijo Bundar dan Ijo Panjang dari Malang; tahun 2000 Alpukat YM Lebak dari Lebak; tahun 2003 Alpukat Mega Murapi, Mega Gagauan dan Mega Paninggahan dari Solok; 2004 Alpukat Futerindo (introduksi): 2006 Alpukat Tongar dari Pasaman; 2007 Alpukat Pesako dari Jambi dan Ledampuan dari Sika, NTT; 2008 Alpukat Gayo dari Aceh Tengah; 2009 Alpukat Siginjai dari Jambi; 2010 Alpukat Mentera dari Probolinggo dan Sindang Reret; 2011 Alpukat Sijago dari Blitar, Raja Giri dari Lampung dan Kendil dari Kendal; 2012 Alpukat Rengganis dari Probolinggo; 2013 Alpukat Wina dari Bandungan; 2014 Alpukat Idola dari Binjai; 2015 Alpukat Mocok Metaram dari Mataram dan Cipedak dari Jakarta; 2016 Alpukat Soga dari Kediri; 2019 Alpukat Pameling dari Malang; 2020 Alpukat Kalibening dari Semarang.
Idotipe alpukat yang disukai konsumen adalah bobot buah 300-500 gr/buah; bentuk buah lonjong/bulat telur; warna kulit kuning, hijau, merah; warna daging kuning-orange; rasa daging manis/pulen; kadar lemak tinggi; bentuk biji bulat; keadaan selaput biji tidak lepas dari biji; porsi dapat dimakan diatas 85%; daya simpan 10 hari
Tanaman alpukat untuk dapat tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air (sistim drainase/pembuangan air baik), subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik adalah lempung berpasir, lempung liat dan lempung alluvial. Keasaman yang baik adalah sedikit asam sampai netral pH 5,6-6,4.
Pemangkasan sangat penting pada budidaya alpukat dengan memangkas cabang yang tumbuh rendah ketanah, tinggi percabangan utama 1 m dari tanah dengan jumlah cabang 2-4 cabang. Pangkas cabang mati, ranting kecil di tengah cabang utama, tunas air dan cabang bersilangan. Dorong cahaya masuk ke bagian dalam pohon dengan memotong “ jendela” kanopi . Perhatian berkala pemangkasan kecil pada waktu yang tepat, meminimalkan pemangkasan besar.
Panen dilakukan ketika buah sudah cukup umur, jangan ketika masih muda. Tanda paling mudah adalah bintik putih pada kulit buah 50% menghitam. Pada varietas tertentu kulit buah berubah warna dan buah koclak jika digoyang.
Pasca panen tangkai buah harus dikelola yakni dipotong datar menggunakan gunting atau pisau tanaman sehingga tidak merusak buah lain dalam pengemasan dan transportasi juga mempertahankan kesegaran buah.
Dengan jarak tanam 6x7 m dan populasi 238 tanaman dan harga buah Rp10.000/kg break even poin dan keuntungan bisa diperoleh pada tahun ke 5 dengan keuntungan Rp18,37 juta sedang tahun ke 6 Rp335,62 juta. Modal tanam cukup besar Rp147,49 juta, biaya pemeliharaan tahun ke dua Rp45,5 juta, tahun ke 3 Rp54,323 juta, tahun ke 4 Rp54,323 juta, tahun ke 5 Rp60,77 juta, tahun ke 6 Rp39,75 juta. Panen mulai tahun ke 3 dengan produksi 10 kg/pohon pendapatan Rp23,8 juta, tahun ke 4 produksi 50 kg/pohon pendapatan Rp142,8 juta, tahun ke 5 produksi 100 kg/pohon pendapatan Rp238 juta dan tahun ke 6 produksi 150 kg/pohon pendapatan Rp737,8 juta.