Jakarta, Hortiindonesia.com
Indonesia harus membangun optimisme mampu swasembada komoditas pertanian yang selama ini dipenuhi oleh impor seperti bawang putih. Dengan impor yang mencapai 400.000 ton/tahun sepertinya mustahil mampu dipenuni dalam negeri, tetapi dengan riset dan inovasi pasti bisa. Arif Satria, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia/Rektor IPB menyatakan hal ini.
IPB lewat Prof Sobir dari Departemen Agronomi dan Hortikultura sudah menyusun peta jalan untuk mencapai swasembada bawang putih juga inovasi teknologi double kromosom. Dengan penambahan luas lahan sampai 40.000 ha saja dan peningkatan produktivitas maka produksi bisa mencapai 600.000 ton sehingga bukan swasembada lagi tetapi surplus.
“Memang tidak mudah mewujudkannya. Selain inovasi harus dibentuk ekosistem pasar dengan baik. Produsen lokal harus mendapat perlindungan dari produk impor supaya petani semangat menanam bawang putih,” kata Arif
IPB sudah menjalin kerjasama dengan Pemkab Tegal untuk mendampingi petani menanam bawang putih, menyusul Pemkab Pekalongan. Petani tidak mau menanam kalau risikonya tinggi. IPB hadir memberikan pendampingan teknologi sehingga risiko budidaya diminimalkan. Selanjutnya pemerintah harus memberikan jaminan pasar dan infrastruktur.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi bawang putih menurut Prihasto Setyanto , Dirjen Hortikultura, Kementerian Pertanian adalah membuat sentra produksi bawang putih melalui kampung hortikultura. Khusus kampung bawang putih tahun 2020 dibangun 140, tahun 2021 75, tahun 2022 99 sehingga total terbentuk 314 kampung bawang putih.
Produksi bawang putih terbesar Indonesia adalah tahun 1995 154.421 ton dari luas panen 21.896 ton. Waktu itu bawang putih masih dilindungi dengan pengenaan bea masuk bawang putih impor dan pembatasan.
Setelah itu Indonesia masuk krisis, mendapat kredit IMF , salah satu persyaratanna adalah bea masuk impor bawang putih 0. Bawang putuh menjadi komoditas bebas. Akibatnya luas panen dan produksi semakin menurun. Tahun 2020 produksi 81.805 ton luas panen 12.801 ha.
Tahun 2019-2021 rata-rata penanaman bawang putih 10.222 ha dengan sentra Temanggung 1.813 ha, Lombok Timur 1.093 ha, Bima 936 ha, Magelang 831 ha, Karanganyar 424 ha, Wonosobo 428 ha, Solok 280 ha, Malang 243 ha, Cianjur 191 ha, Pasuruan 282 ha, Kendal 243 ha, Batang 197 ha, Banyuwangi 175 ha, Minahasa Selatan 61 ha, Bandung 130 ha, Tabanan 124 ha, Tegal 111 ha, Banjarnegara 108 ha, Magetan 115 ha, Humbang Hasundutan 114 ha dan daerah lainnya 2.320 ha.
Rata-rata tanam bawang putih antara bulan Mei-Juni dan Desember-Januari. Ada 4 daerah yang bisa tanam dan panen sepanjang tahun yaitu Lombok Timur, Malang, Cianjur dan Banyuwangi.Tahun 2022 produksi bawang putih diperkirakan 43.143 ton sedang kebutuhan 621.885 ton sehingga impor mencapai 578.743 ton.
Tantangan pengembangan bawang putih adalah penyedian benih bersiung besar. Petani Indonesia menanam benih bersiung kecil sehingga hasilnya juga siung kecil. Petani sudah lama banyak yang tidak menanam bawang putih, penangkar juga sudah lama banyak yang tidak memperbanyak benih bawang putih sehingga petani dan penangkar harus ditingkatkan kompetensinya.
Tantangan lainnya adalah peningkatan produkstivitas juga peningkatan daya saing. Bawang putih produksi petani ukurannya kecil dan harganya lebih mahal, sedang bawang putih impor ukurannya besar dan harganya lebih murah. Untuk penamaman besar-besaran perlu dibangun fasilitas perbenihan yang memadai.
.