Bogor, Hortiindonesia.com
Pengembangan kentang yang dilakukan IPB University dilakukan lewat industri hilir dulu. Dipetakan berapa jumlah industri, kapasitas produksi dan konsumennya. Setelah itu baru ditentukan luas areal dan produktivitas yang harus dicapai. Data ini digunakan untuk mengembangkan industri benih yaitu jumlah industri dan kapasitas produksi. Setelah itu baru dirakit varietas baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Suharsono, Guru Besar Departement Biologi, peneliti Pusat Bioteknologi IPB University menyatakan hal ini. “Kita merakit varietas baru berdasarkan permintaan pasar. Percuma kita susah-susah merakit kalau tidak sesuai dengan maunya pasar,” katanya.
Saat ini frozen french fries ( FFF) yang berada di pasar seluruhnya merupakan impor. Indonesia belum memproduksi. Sedang keripik kentang ada yang kentangnya impor, ada yang kentang diproduksi di dalam negeri tetapi benihnya impor, ada juga yang kentang dan benihnya dari dalam negeri.
Kentang untuk industri ini kandungan patinya harus tinggi dan gulanya rendah. Sedang kentang sayur karena tidak diproses kandungan patinya rendah dan gulanya tinggi.
Potensi pasar kentang untuk FFF dan keripik sangat besar. Kebutuhannya semakin meningkat karena pola makan dan gaya hidup yang berubah juga jumlah penduduk yang semakin meningkat. Kentang industri bisa dikembangkan menjadi berbagai produk internasional yang masih sedikit di Indonesia yaitu hash brown, stacrch, dried mash potatoes, wedges. Bisa juga dikembangkan menjadi industri makanan tradisional yaitu kerupuk, perkedel, kentang kering/mustopa.
Masalah yang dihadapi adalah biaya produksi tinggi, serangan hama penyakit dan areal pertanaman yang terbatas. Kentang hanya bisa ditanam di dataran tinggi yang mempunyai infrastruktur (irigasi dan transportasi) terbatas.
Jumlah benih bermutu juga terbatas, tetapi hal ini bisa diatasi. Varietas kentang nasional juga terbatas. Impor benih cukup tinggi tahun 2019 33.703 ton. Impor benih menyebabkan industri benih dalam negeri tidak berkembang, tetapi bisa juga karena benih dalam negeri terbatas maka impor besar. Sedang impor FFF mencapai 71.622 ton.
Industri olahan skala besar relatif sedikit semuanya mengolah kentang jadi keripik, sedang UMKM relatif banyak. Perusahaan perbenihan kentang di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari satu tangan saja.
Karena yang dibutuhkan adalah kentang industri maka varietas yang dirakit IPB disesuaikan. Saat ini yang sudah dihasilkan adalah untuk FFF varietas Jala Ipam yang dilepas tahun 2014, hak PVT tahun 2019 . Sedang untuk keripik varietas IPB CP1 (Sipiwan) yang dilepas tahun 2019, hak PVT 2021. Sedang yang akan dilepas adalah IPB CP3 (Sipitri) untuk FFF, keripik dan sayur; IPB PAU1 (Paus) untuk sayur.
Jala Ipang merupakan varietas kentang pertama di Indonesia untuk FFF. Umbi berwarna putih, ukuran besar dan bentuknya lonjong. Sipiwan umbi bulat, ukuran sedang besar, warna putih, mata tunas umbi datar, produktivitas tinggi. Sudah digunakan oleh UMKM keripik, dua perusahaan besar juga sudah mencoba, satu perusahaan bahkan sampai 1 ton.
Sipitri belum dilepas tetapi sudah dicoba di Sembalun, NTB dan dijadikan industri keripik skala kecil yang produknya habis dikonsumsi di kecamatan saja. Umbinya berwarna kuning dan produktivitas lebih tinggi dibanding varietas kentang yang ada di Indonesia saat ini.