Salah satu cara yang masih sering diterapkan dan dianggap ampuh dalam mengusir hama tanaman oleh para petani adalah dengan menggunakan pestisida. Padahal, apabila cara ini dilakukan secara berlebihan, justru akan membuat hama menjadi lebih kebal terhadap atau resisten terhadap pestisida, dan pastinya berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar. Bahkan, bukan tidak mungkin pemberian pestisida yang berlebihan akan membuat mati serangga non-target yang sebenarnya merupakan musuh alami hama.
Untuk membeli sarana produksi tersebut pun tentunya akan menguras kantong para petani, karena biaya biayanya yang tergolong mahal. Dr. Ahsol Hasyim, MS mengungkapkan, dalam pengendalian hama pada tanaman buah dan sayuran, umumnya petani masih menggunakan insektisida kimia secara intensif. Untuk itu, perlu dicarikan solusi yang paling tepat dalam mengendalikan hama tanaman, namun tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar, dan tidak memakan banyak biaya.
Lebih jauh lagi Ahsol mengungkapkan, untuk itu dibutuhkan teknologi Pengendalian Hama Terpadu - Ramah Lingkungan (PHT-RL), baik menggunakan predator alami, agensi hayati berupa parasitoid, maupun biopestisida dari ekstrak nabati tumbuhan dan pathogen serangga. Dengan teknologi PHT-RL ini, hama dapat dikendalikan tanpa mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Jadi, teknologi ini lebih menekankan pada pemanfaatan musuh alami, pola tanam tumpang sari, dan penggunaan biopestisida.
Pemnfaatan biopestisida, sambungnya, dapat menggunakan senyawa kimia alami yang berasal dari tumbuhan atau minyak atsiri. Minyak serai wangi, misalnya, yang ternyata efektif mengendalikan berbagai jenis hama. Penggunaan minyak serai wangi dengan konsentrasi 3.000-5.000 ppm, terbukti efektif mengendalikan Helicoverpa armigera pada tanaman cabai. Sementara itu, pola tumpang sari pada tanaman cabai bisa dipadu dengan tanaman tomat dan pengurangan penggunaan pupuk NPK sebesar 25 persen.
Cara ini, terbukti bisa menekan penggunaan insektisida sebanyak 50%. Sedangkan tumpang sari cabai dan kacang buncis tegak dapat menekan serangan OPT pada tanaman cabai hingga 55,2 persen. Masih menurut Ahsol, pemanfaatan ekstrak tanaman akar tuba juga dapat digunakan para petani sayur dan buah, karena dapat mengendalikan hama ulat bawang (bio insektisida), tungai (bio akarisida), dan penyakit moller pada bawang (bio fungsida). Penggunaan Trichoderma juga mampu menekan perkembangan penyakit antraknose. [Teg]