Jakarta, Hortiindonesia.com
Pisang bersama dengan ubi kayu, jagung, sagu dan sorgum oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian akan dimanfaatkan sebagai pangan lokal pengganti beras. Untuk itu bekerjasama dengan Ditjen Hortikultura dilakukan penanaman pisang 1.300 ha tahun ini. Agung Hendriadi , Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementan menyatakan hal ini.
“Kita dorong pisang sebagai pengganti nasi. Jadi bukan keripik pisang yang merupakan industri snack. Tepung pisang, pisang beku yang tinggal di goreng , itu yang akan dikembangkan,” katanya.
Targetnya adalah penurunan konsumsi beras perkapia dari 90,9 kg tahun 2021 85 kg tahun 2024. Jepang dan Thailand bisa menurunkan konsumsi beras, Indonesia juga harus bisa. Pengurangan konsumsi beras tidak boleh diikuti kenaikan konsumsi terigu tetapi harus karbohidrat tanaman lokal.
Strategi pengembangan diversifikasi pangan lokal dengan peningkatan produksi/ketersediaan komoditas pangan lokal; promosi baik formal dan informal; memperbaiki akses masyarakat terhadap pangan lokal lewat penguatan UMKM. BKP terus melatih UMKM untuk memproduksi pangan lokal.
Khusus pisang Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar di Asia, produksinya mencapai lebih dari 50% produksi pisang negara-negara Asia. Lebih dari 200 jenis pisang terdapat di Indonesia. Pisang banyak mengandung vitamin dan mineral esensial yang bermanfaat bagi kesehatan.
Keunggulan pisang dari sisi kesehatan tinggi antioksidan, menurunkan risiko kanker; tinggi kalium, baik untuk kesehatan jantung; tinggi serat baik untuk kesehatan pencernaan. Sisi ekonomi potensial sebagai pangan pokok pengganti beras dan dikembangkan sebagai pengganti tepung terigu.
Sentra produksi pisang di Indonesia adalah Lampung, Jawa Barat, JawaTengah, Jawa Timur, Banten, Bali. Konsumsi pisang perkapita semakin menurun dari 7,38 kg tahun 2014 menjadi 6,6 kg. BKP ingin meningkatkan jadi 9,5 kg tahun 2024.
Pisang sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi sudah biasa di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Konsumi perkapita pisang 4 provinsi ini lebih tinggi dari rata-rata nasional Sulawesi Utara 7,6 kg, Sulawesi Selatan 9,6 kg, Sulawesi Barat 9 kg dan Maluku Utara 16,7 kg. Tahun 2024 target konsumsi perkapita di Sulawesi Utara 17,9 kg, Sulawesi Selatan 20,9 kg, Sulawesi barat 20.8 kg, Maluku Utara 30,4 kg.
Karena itu program pengembangan pisang sebagai diversifikasi pangan pengganti nasi dilakukan 4 provinsi ini, terutama Sulawesi Utara yang paling rendah dibanding 3 provinsi lainnya.