Jakarta, Hortiindonesia.com
Indonesia sebagai pemilik sumber daya genetik nomor 2 terbesar di dunia harus bisa memanfaatkan kekayaan ini untuk ditransformasikan jadi komoditas unggulan. Caranya dengan inovasi dan pengembangan skala industri. Muhammad Thamrin, Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias , Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balitbang Kementan omenyatakan hal ini.
Industri florikultura di Indonesia saat ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu pola industri dikelola perusahaan besar yang mengembangkan bisnis florikultura dengan menerapkan inovasi canggih di dalam rumah kaca yang dikontrol secara fisik. Jumlahnya mencapai 10% daripelaku usaha.
Pola pertanian menengah yang dioperasikan oleh teknologi semi modern, jumlahnya 30%. Pola tradisional dikelola oleh petani kecil yang menerapkan teknologi tradisional, jumlahnya 60%.
Kawasan industri florikultura harus dikembangkan dengan inovasi. Indikator keberhasilan pengembangan inovasi dalam kawasan industri florikultura adalah peningkatan produksi dan kualitas hasil secara berkelanjutan; teradopsinya teknologi dan terjalinnya kerjasama vertikal dan horisontal segmen agrbisnis dari hulu sampai hilir; tumbuhnya kemandirian dibidang perbenihan dan sarana pendukung, berkembannya kegiatan on farm, off farm, penguatan permodalan dan investasi, terbangunnya kerjasama kemitraan dan jejaring kerja; tumbuhnya kemampuan daya saing bisnis dan terbangunnya keunggulan kompetitif usaha.
Peran inovasi dalam pengembangan industri florikultura nasional adalah meningkatkan daya saiing industri; meningkatkan efisiensi produksi, produktivitas, kualitas produk dan keberlanjutan pasokan produk; meningkatkan efisiensi sistem distribusi dan pemasaran; meningkatkan nilai tambah dan pengembangan produk. Inovasi merupakan komponen utama modernisasi industri florikutura.
Industri florikultura pada fase 1 adalah yang mengandalkan kelimpahan SDM dan sumbe daya; fase 2 industri berkembang dengan meningkatkan investasi untuk memperbesar volume produksi, investasi lebih diutamakan pada pembangunan infrastruktur pendukung; fase 3 industri mengandalkan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan memperluas penetrasi pasar.
Inovasi yang sudah dihasilkan Balai Penelitian Tanaman Hias adalah 268 varietas unggul 13 tanaman hias yaitu Alpinia purpurata, anggrek, anthurium, anyelir, gerbera, gladiol, impatiens, krisan, lili, mawar, sedap malam, Tapeinochilus, zingiber spectible. Paling banyak adalah krisan 119 dan anggrek.
Varietas unggul ini sudah banyak digunakan petani. Di Tomohon Sulawesi Utara 90% krisan yang ditanam merupakan varietas unggul dari Balithi. Balithi menjalin kerjasama dengan pemkot Tomohon membuat riset kolaborasi untuk menjadikan Tomohon tahun 2022 bisa mengekspor krisan ke Jepang.
Kebutuhan bunga krisan di Jepang sendiri mencapai 2 miliar tangkai, tetapi nanti produksi digenjot dengan inovasi dari Balithi kemampuan ekspor Tomohon hanya 2-3 juta tangkai saja. Masih banyak peluang bagi daerah lain yang menghasilkan krisan untuk mengekspor ke Jepang.
Teknologi lain yang sudah dihasilkan Balithi adalah teknologi pendukung yaitu teknologi benih in vitro dan in vivo, teknologi produksi yang efisien, ramah lingkungan dan berdaya guna; teknologi pengendalian OPT secara terpadu.
Dengan teknologi benih in vivo dan in vitro berhasil memproduksi massal benih Dendrobium melalui teknologi somatic embriogenesis berbasis bioreaktor. Dengan teknologi ini dihasilkan benih dalam jumlah besar dan waktu singkat.
Teknologi produksi yang efisien, ramah lingkungan dan berdaya guna adalah teknologi budidaya krisan yang akan diaplikasikan di Tomohon yaitu pemeliharaan induk dan pengakaran krisan, teknologi penyinaran dengan light break, teknologi pengabutan dan teknologi ferigasi.