Bandung Barat, Hortiindonesia.com
Indonesia saat ini impor kentang industri masih tinggi yaitu sekitar 100.000 ton/tahun. Dari sisi nilai sekitar Rp600-700 miliar. Bunyan Ismail, Production Manager Hikmah Farm, produsen benih dan pembudidaya kentang di Pangalengan menyatakan hal ini.
Produksi kentang di Indonesia termasuk kentang sayur sekitar 1 juta ton, dengan nilai bisnis sekitar Rp8-10 triliun. Dengan luas penanaman 70.000 ha dan luas rata-rata 0,25 ha/KK maka ada 250.000 orang petani. Tenaga kerja setiap usaha tani 1-5.
Hikmah Farm sendiri saat ini sudah masuk ke generasi enam dalam bidang bisnis kentang. Tahun 1989-2003 terlibat dalam riset, pengembangan dan memasok ke Indofood. Tahun 2005 memasuki bisnis home industri keripik kentang, tetapi bisnis ini dianggap sangat menyita waktu sehingga dihentikan.
Tahun 2019-sekarang mendapat pendampingan JICA Jepang untuk memproduksi benih median varietas lokal dan memasok Kalbe’s Wings Food. Tahun 2020 Hikmah Farm juga memasok kebutuhan benih kentang G0 dan G2 ke Food Estate Humbahas. Tahun ini juga menjadi tempat penanaman varietas AR08 dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran toleran busuk daun Phytopthora infestan.
Konsumsi kentang di Indonesia sendiri masih rendah yaitu 4-5 kg/kapita/tahun jauh dibawah Eropa yang mencapai 100 kg/tahun. Produktivitas juga rendah 20 ton/ha sedang Eropa 40-60 ton/ha. Masalah lain adalah keterbatasan lahan yang sesuai. Juga penanaman kentang banyak dilakukan dengan membuka hutan sehingga jadi erosi , banjir.
Penanaman yang intensif dan terus menerus juga menyebabkan kerusakan lahan juga berkembangnya hama penyakit tular tanah seperti NSK, layu dan lain-lain. Cuaca ekstrim dan kekeringan akibat perubahan iklim jadi masalah sehingga sering menyebabkan gagal panen.
Bagi yang ingin mengembangkan kentang industri maka sejak awal harus menetapkan pasarnya apakah dijual ke pabrik modern yang butuh spek khusus atau home industri tidak perlu persyaratan ketat. Ditentukan juga harga kontraknya diawal berapa.
Kemudian sumber benihnya dari mana impor yang G5-6 bersertifikat atau lokal G2-G3 bersertifikat. Kentang industri produktivitasnya lebih rendah daripada kentang sayur serta lebih rentan busuk daun serta layu. Untungnya sekarang Balitsa sedang mengembangkan varietas unggul baru.
“Busuk daun ketang yang disebabkan Phytopthora infestans ternyata bukan masalah di Indoenesia saja, tetapi masalah di Belanda juga,” kata alumnus Wageningen University ini.
Sapta tani yang merupakan konsep pertanian jaman dulu tetap harus dipraktekkan yaitu penggunaan bibit unggul, teknik pengolahan lahan pertanian, pengaturan irigasi, pemupukan berimbang, pengendalian HPT, pasca panen dan pengolahan, pemasaran hasil panen. Zaman now sapta usaha tani saja tidak cukup tetapi ditambah dengan smart farming yaitu penggunaan drone, sensor tanah dan cuaca, juga informasi di internet dan medsos.
Hikmah Farm sendiri sudah menggunakan drone untuk menyemprot pestisida. Sebagai produsen benih unggul maka budidaya pasti mengggunakan benih unggul.
Indonesia sebelumnya untuk benih impor dari Belanda dan Jerman sepenuhnya tetapi pernah ada kejadian benih terlambat datang sehingga rusak sehingga ada inisiatif untuk memproduksi benih sendiri. Awal tahun 1990an dibangun Balai Benih Induk Ketang yang merupakan kerjasa JICA, Kementan, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, dinas pertanian, universitas dan lain-lain.
Dari BBI benih diperbanyak oleh penangkar dan BBU. Saat ini varietas nasional ada dari Balitsa dan swasta. Benih lokal sertifikat G0, G1 dan G3 disertifikasi lagi sedang benih impor sampai G7. Harga benih impor Rp17.000/kg sedang lokal Rp20.000/kg. Pembenih minta supaya sertifikasi diubah sehingga bisa bersaing dengan benih impor.