JAKARTA, Hortiindonesia.com - Spirit pertanian presisi adalah meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan ramah lingkungan. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas, diharapkan dapat meningkatkan keuntungan petani. Dengan ramah lingkungan maka keuntungan itu berlanjut terus-menerus selama masa bertani.
“Jadi, dengan menerapkan pertanian presisi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan Nasional (KTNA) Winarno Tohir dalam peluncuruan bukunya berjudul “Pertanian Presisi Untuk Kesejahteraan Petani”, di Jakarta, Senin (15/4).
Winarno menuturkan, buku ini tidak hanya memaparkan usaha tani presisi (precision farming) yang meliputi penyemaian sampai dengan pemanenan padi. Namun buku itu juga memaparkan pascapanen berupa pengeringan, penyimpanan, dan penggilingan gabah, serta penyimpanan beras. Sinergi usaha tani presisi dan pascapanen presisi inilah disebut dengan pertanian presisi (precision agriculture).
Menurut Winarno, dalam pertanian presisi, setiap keputusan proses pertanian harus berdasarkan informasi yang akurat. Di sini diperlukan peran teknologi informasi dan komunikasi untuk mengumpulkan, memproses, dan menganalisis informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Data dan informasi yang dikumpulkan antara lain lahan pertanian, bibit, kandungan hara tanah, saluran irigasi, prediksi cuaca, data banjir, kebutuhan air tanaman, serta serangan hama dan penyakit.
“Dengan teknologi Global Positioning System (GPS) dan Geographic Information System (GIS), kita bisa menentukan karakteristik spesifik lokasi. Data GPS menekankan pada ketepatan posisi suatu lahan sementara GIS pada geografi atau karakteristik tanah dan lain-lain. Dari data GPS dan GIS ini dapat diketahui karakteristik lahan di suatu lokasi dengan lokasi lainnya. Meski satu hamparan belum tentu karakteristik lahan itu sama. Di sinilah pentingnya pertanian presisi,” jelas Winarno.
Selain itu, kata Winarno, dengan teknologi sensor dan Internet of Things (IoT), kita bisa mendapatkan informasi ketersediaan hara tanah, pH tanah, kelembapan tanah, kandungan air tanah, data suhu dan curah hujan, cuaca dan iklim, kebutuhan air tanaman, kebutuhan hara tanaman, dan sebagainya. “Dengan drone, kita bisa mendapatkan informasi tanaman yang terkena hama dan penyakit,” ujarnya.
Winarno mengatakan, pertanian presisi jangan dikesankan sebagai pertanian yang selalu menggunakan teknologi canggih yang menelan investasi besar, baik investasi publik maupun investasi swasta. “Dalam mendapatkan informasi untuk mengambil keputusan dalam usaha tani dan pascapanen, dapat menggunakan teknologi yang tersedia pada saat ini. Tidak harus dengan teknologi yang piawai,” tukasnya.
Menurut Winarno, Indonesia sudah sangat memungkinkan menerapkan pertanian presisi pada tanaman padi. Semua perangkat dan lembaganya tersedia, hanya saja belum disinergikan satu sama lain. Pemerintah sudah memfasilitasi dengan memperbaiki saluran air yang rusak, membangun bendungan, membuat embung, memberi bantuan benih dan subsidi pupuk, serta membagikan alat dan mesin pertanian seperti pompa air; traktor; mesin tanam; dan mesin panen.
Hadir dalam peluncuran buku itu antara para mantan Menteri Pertanian Syarifuddin Baharsyah, Yustika Baharsyah, Bungaran Saragih, dan Ketua Perhepi Bayu Krisnamurti. Acara juga dihadiri para pengamat pertanian seperti Rahmat Pambudi, dan Sudjai Kartasasmita. (YR)