Jakarta, Hortiindonesia.com
Alpukat mempunyai potensi pasar yang sangat cerah. Bagi mereka yang ingin mengembangkan alpukat dalam skala besar , M Reza Tirtawinata dari Yayasan Alpukat Nusantara menyarankan untuk menanam alpukat lokal.
Dengan jarak tanam 7 x 7 m populasi pohon mencapai 200/ha. Biaya operasional perha/tahun Rp79 juta. Setelah 3 tahun sampai tahun ke 10 biaya operasional bertambah 15% pertahun seiring dengan membesarnya tajuk pohon dan bertambahnya biaya tenaga kerja.
Mulai berproduksi pada tahun ke tiga dengan produksi 1 ton dan asumsi harga Rp20.000/kg maka pendapatan mencapai Rp20 juta. Tahun ke 4 produksi naik jadi 3 ton pendapatan Rp60 juta.Tahun ke 5 produksi naik 8 ton dan harga diasumsikan naik Rp25.000/kg pendapatan Rp200 juta.
Tahun ke 6 produksi 14 ton pendapatan Rp350 juta, sudah mencapai titik impas dan menghasilkan laba. Selanjutnya dikurangi biaya operosiaonal tinggal memetik laba.Tahun ke 7 produksi 20 ton pendapatan Rp500 juta. Tahun ke 8 produksi 28 ton pendapatan Rp700 juta. Tahun ke 9 produksi 34 ton pendapatan Rp850 juta. Tahun ke 10 produksi 40 ton pendapatan Rp1 miliar.
Alpukat yang cocok dikembangkan saat ini adalah alpukat Miki atau Cipedak. Dengan rasa pulen, warna daging kuning mentega,ukuran 300-600 gr/buah, sekali makan habis. Keistimewaannya sangat produktif dan adaptif di beberapa lokasi dan paling diminati pasar saat ini. Sudah ratusan ribu bibit alpukat Miki yang disebar ke seluruh Indonesia.
Bench mark alpukat Nusantara adalah alpukat Misra Nelly yang merupakan juara 1 kontes alpulat nasional 2016. Rasanya sangat luar biasa gurih. Alpukat ini tidak pernah ada di pasar baik supermarket maupun tradisional, karena di kebun sudah habis diborong oleh komunitas penggemar alpukat.
Alpukat lain yang layak dikembangkan adalah Black Gold. Rasanya gurih dan lembut dengan berat 300-400 gr. Tanamannya sangat genjah sekali. Terjadi perubahan warna dari mentah yang berwarna hijau menjadi kecoklatan pada waktu matang.
Kalau menanam alpukat Black Gold maka pasarnya diarahkan untuk ekspor ke Singapura. Negara ini sudah minta alpukat jenis ini untuk menggantikan impor 4000 ton dari Afrika Selatan dan New Zealand.
“ Varietas alpukat di Indonesia sangat beragam. Tiap daerah punya alpulat unggulan. Sebaiknya penanaman dari stek pucuk dengan batang bawah yang seragam, yaitu berasal dari alpukat yang bijinya besar. Batang atas baru dari jenis yang diinginkan,” kata Reza.
Salah satu keraguan untuk menanam alpukat lokal adalah pasar yang belum ada. Reza yakin kalau alpukat unggulan seperti Miki pasti pasar menerima. Selama ini hotel dan restoran maunya alpukat introduksi, yaitu alpukat Hass yang merupakan varietas nomor 1 di dunia. Alpukat introduksi lain yang sudah ditanam di Indonesia adalah Bacon, Zutano, Stewart, Fuerte.
Alpukat Hass ditemukan oleh Rudolf Haas tahun 1926 di California. Buah berukuran kecil, 200-300 gram, rasa gurih berlemak, tidak berserat,creamy, lembut kering. Produktivitas relatif rendah 12-15 ton/ha. Harus ditanam di dataran tinggi dengan ketinggial diatas 1000 m.Pangsa pasar saat ini 85% produksi alpukat dunia. Harganya di supermarket saat ini mencapai Rp180.000/kg.
,